roduk menurut J. Stanton diartikan sebagai “…Is a set of tangible
and tangible attributes, including packaging, color, price, manufacturer’s
prestige and manufacturer’s and retailer which the buyer may accept as offering
want-satisfaction” (W.J.Stanton, 1981:192).
(Produk adalah seperangkat
atribut baik berwujud maupun tidak berwujud termasuk didalamnya masalah warna,
harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual dan pelayanan pabrik serta
pelayanan pengecer yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginannya).
Philip Kotler menjelaskan “A product is anything
that can be offered to a market to satisfy a want or need, product that are
marketed include physical
goods, services, experiences, events, persons, places, properties,
organizations, informations and ideas” (Kotler : 200:234)
·
Beberapa tingkatan produk.
Tingkatan produk bisa dilihat
dari jenis dan nilai tambah produknya. Bisa juga dilihat dari siklus kehidupan
produk (product life cyle). Nilai tambah bisa meningkatkan kualitas
produk dalam persaingan. Persaingan produsen bukan sekedar dalam proses saja,
tapi juga dalam hal aspek tambahan yaitu pembungkus, service, iklan, pemberian kredit,
pengiriman dan faktor bisa meningkatkan kepuasan konsumen. Tingkatan produk
sesuai dengan nilai tambahnya Kotler membagi kedalam beberapa tingkatan :
1. Core benefit.
Keuntungan yang mendasar dari
sesuatu yang dibeli oleh konsumen.seperti orang menginap di hotel agar bisa
tidur dan istirahat secara memuaskan, orang masuk restoran agar bisa makan
enak, dsb.
2. Basic product.
Produk dasar yang harus
dipenuhi dan harus dilengkapi dari keuntungan dasar. Dalam hal ini core benefit berubah menjadi basic
product. Agar tercapai kepuasan maka hotel harus melengkapi menyediakan kamar,
tempat tidur, toilet, Ac dan kebutuhan lainnya secara lengkap.
3. Expected
product
Konsumne memiliki harapan
terhadap barang dan jasa yang telah dibelinya. Sehingga barang yang dibeli
harus yang terbaik, hotel yang bisa memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik
sehingga memberikan kepuasan maksimal.
4. Augmented
product.
Suatu nilai tambah yang
diluar apa yang dibayangkan oleh benak konsumen. Misalnya dikamar ada TV kabel
dengan chanell, SPA dan karaoke gratis, dll.Augmented produk ini punya kelemahan yang bias
digunakan sebgai alat persaingan. Bisa jadi augmented product suatu waktu bisa menjadi
expected product, karena konusmen telah terbiasa dengan perlengkapan tambahan
tersebut yang biayanya menjadi biaya tambahan sehingga harga jadi mahal. Namun
bisa juga dengan adanya augmented product biaya tidak terlalu mahal dengan
tujuan untuk memenangkan persiangan.
5. Potential
product
Mencari nilai tambah produk
yang lain untuk dimasa depan setelah konsumen menggunakan produk dan jasa kita.
Seperti pelayanan after sales, menawarkan discount member, dll
Dilihat dari siklus kehidupan
produk maka sebuah produk akan mengalami tahapan-tahapan yang niscaya akan
dilalui kedalam lima tingkatan antara lain :
1.
Tahap
pengenalan produk (introduction)
2.
Tahap
pengembangan (Growth)
3.
Tahap
kematangan (Maturity)
4.
Tahap
menurun (Decline)
5.
Tahap
ditingalkan (Abandonment)
Merek (brand) dan
kemasan (Packaging)
Pemberian merek sangat
penting untuk membantu kelancaran penjualan dan besar kecilnya merek harus
dipikirkan dengan matang jangan sampai menyimpang dari keadaan dan kualitas
serta kemampuan perusahaan.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam pemberian merek adalah jaminan dari para pengusaha terhadap konsumen
bahwa barang yang dibeli benar-benar dari perusahaannya. Selain sebagai
pembuktian akan kualitas barang, mudah diingat dan disebut sehingga konsumen dapat
menyebutkan mereknya dan bisa meningkatkan ekuitas merek yang memungkinkan
memperoleh margin lebih tinggi, memberi kemudahan dalam mempertahnkan kesetiaan
konsumen. Serta memberi motivasi pada saluran distribusi, karena barang dengan
merek terkenal akan cepat laku dan mudah disalurkan dan penangananya.
Dalam Pengembangan produk
tentu masalah merek dan kemasan sangat penting sekali sehingga kita mengenal
beberapa istilah yang berhubungan dengan merek :
1. Brand.
Philip kotler dan Garry
Amstrong mendefinisikan : “Brand is name, term, sign, symbol or design or a combination of
these, intended to identify the goods or service of one seller or group of
sellers and to differentiate them from those of competitor”(Kotler &
Garry, 1991:260). Aaker mendefisikan : “Brand is distinguishing nam or symbol such as
a logo, trademark or package design,
intended to identify the goods or services of either one sellers and to
differentiate those goods or services from those competitor.”
Begitu juga American Marketing
association (AMA) A Brand is name, term, sign, symbol or design or
combination of them, intended to identify the goods or services of one seller
or groups of seller and to differentiate them from those of competitor (2000:404)
Intinya Brand adalah sebuah
nama, istilah, tanda, symbol atau desain atau kombinasinya yang bertujuan untuk
mengidentifikasi barang dan jasa yang membedakan suatu produk dengan produk
saingan.
2. Brand name
Sedang istilah brand name
adalah ”..Is that part of a brand which can be vocalized-the unterable”. Nama cap adalah bagian dari
cap yang dapat diucapkan, biasanya menunjukan nama perusahaan atau institusi
organisasinya. Seperti Honda, Panasonic, Telkom, dll.
3. Brand mark
Brand mark adalah bagian dari
merek/cap yang dapat dikenal atau diketahui, tetapi tidak dapat diucapkan,
karena berupa simbol, lambang, logo, desain atau bentuk spesifik huruf atau
warna. (”A brand mark is that part of brand which can be recognized but
is not unterabel, such a symbol, design or distinctive coloring or lettering) Contoh : Gambar singa-MGM, gambar
stir-MercedezBenz.
4. Trademark
Begitu juga dengan Trademark
bisa diartikan sebagai : ”…Is a brand or part of a brand that is given legal protection, it
protects the seller’s exclusive rights to use brand name or brand mark. (Cap dagang ialah merek atau
bagian dari merek yang memberikan perlindungan hokum, melindungi hak-hak
pemilik merek atau cap).
5. Brand image
David A. Aaker (1997:7) mengartikan image
sebagai : ”…is the total impression of what person or group
people think and know about and object”Engel mendefinisikan “Imaginary is a process
by which sensory information and experiences are refresented in working memory”. Kotler
(1997:607)mengartikan
sebagai “Image is the set of beliefs, ideas and impressions that are
person holds regarding an object. Peoples attitude and actions towards an
object are highly conditioned by that object’s image”.
Citra terbentuk dalam jangka
waktu tertentu sebab merupakan sebuah akumulasi persepsi terhadap suatu objek
apa yang terpikirkan, diketahui dialami yang masuk kedalam memori manusia
berdasarkan masukan-masukan dari berbagai sumber sepanjang waktu.
6. Brand Equity.
Kotler &
Amstrong (1999:glossary) Brand
equity the value of a brand, based on the ectent to which it has high brand
loyalty, name awareness, perceived quality strong brand associations and other
asses suc as patents, trademarks an channel relationships.
Lynn B. Upshaw memberikan batasan bahwa :”Brand equiy is
the total accumulated value or worth of brand the tangible assets that the
brand contributes to its corporate parent, both financially and interest of
selling leverage”
Artinya brand equity ialah
nilai dari suatu merek didasarkan atas tingginya brand loyalty, kesdaran,
kualitas, kekuatan, adanya paen yang memberi kekuatan pada suatu merek, bisa
juga merupakan kumpulan dari adanya persepsi merek pada benak konsumen, mulai
dari adanya brand awareness-kesadaran merek, brand acceptability-penerimaan merek, brand
preference-pembeda
merek yang melaihirkan brand priority-prioritas barang yang akan dibeli dan akhirnya
tumbuh brand
loyalty-tidak
mau berganti merek.
Kalau brand equity merupakan
nilai konsumen terhadap merek kita, sedang brand identity lebih merupakan
seperangkat asosiasi merek yang digunakan oleh ahli strategi merek dan janji
kepada konsumen yang harus dipenuhi. Brand identity sebagai bagian dari brand
equity.
Brand equity memberikan nilai
melalui empat fase yaitu :
1. Dimensi kesadaran
merek (brand awareness) adalah kesanggupan konsumen untuk mengenali
suatu produk atau seberapa kuat merek tertanam dalam ingatan konsumen.
Kesadaran merek ini tertanam dalam benak konsumen.menurut Aaker bergerak mulai darirecognition=pengenalan, to recall = pengingatan, top of mind = puncak pikiran, unware of
brand =
tidak menyadari merek.
2. Dimensi kesan
kualitas (perceived quality).
Kesan konsumen terhadap
kualitas bias memberikan penilaian positif dan negative yang menghasilkan
nilai. Barnes, (2001:104) ada 4 kesan seorang pelanggan terhadap produk yaitu “Value is low price,
the quality I get for price I pay or everyting I want in service and is all
that I get for all that I give” selain perusahaan bisa memberikan
experiential dan emotional brand sesuai dengan gaya hidupnya.
3. Dimensi
asosiasi (brand association)
Untuk menanmkan sebuah
asosiasi brand membutuhkan waku yang sangat lama melalui periklanan dan promosi
yang gencar sampai mencapai tahap kematangan produk salah satunya produk
menjadi marketing leader. Coba apa yang anda pikirkan tentang produk Sanyo,
odol, orson, aspirin, cellopane, nylon, Xerox,dll. Sanyo identik dengan pompa,
padahal sanyo bukan hanya memproduksi pompa saja tapi alat elektronik yang
lainnya. Atau aqua sudah menjadikan produk untuk brand asosiciation untuk air
galonan.
4. Dimensi
loyalitas (brand & customer loyalty)
Setelah melali proses diatas
kesan yang kuat mealu pengalaman dan penanaman emotional brand akan melahirkan
brand loyalty yang berlanjut pada customer loyalty. Jill Griffin (2002:5) mengartikan “a customer has a
specific bias about what to buy and from whom. Two important conditions
associated with loyalty are customer retention and total share of customer.
Many companies operate under the false impression that a retained customer is
automatically a loyal customer”. Lebih lanjut Griffin mengartikan “loyalty is
defined as non-random purchase expressed over time by some decision-making
unit”.
Ciri-ciri konsumen yang loyal
terhadap produk kita dapat dilihat konsumen melakukan pembelian ulang secara
teratur, juga membeli produk lain yang ditawarkan penjual, merkomendasikan
teman-temannya untuk membeli produk yang sama ketempat sama dan mereka tidak
mudah beralih ke produk lain.
Hermawan karta jaya
menkelompokan para konsmen dilihat tingkat loyalitasnya kedalam lima kelompok :
·
Terorist customer yaitu mereka yang seperti bermusuhan dengan
perusahaan karena suka mengungkapkan cerita tidak bai tentang perusahaan.
·
Trasactional customer yaitu mereka berhubungan hanya sebatas transaki
saja.
·
Relationship customer yaitu mereka yang telah melakukan repeat
buying.
·
Loyal customer yaitu konsumen yang selalu setia dengan
perusahaan walaupun orang lain mneceritakan keburukan perusahaan tersebut.
·
Advocator customer, inilah pelanggan istimewa dan excellent.
Jill Griffin
(2002:219) dalam
bukunya “customer loyalty” menyatakan ada 12 hukum loyalty yaitu :
1.
Build
staff loyalty, konsumen akan senang dengan staf yang dekat dengannya yang penuh
pengertian.
2.
Practice
the 80/20 rule artinya 80 % pendapatan lembaga bisa datang dari 20% konsumen.
3.
Know
your loyalty stages and ensure your customer are moving through them, lembaga
harus selalu memperbaiki tingkat loyalitsnya sehingga konsumen bias dibentuk
makin lama loyal.
4.
Serve
first, sell second, utamakan pelayanan, penjualan belakangan karena penjualan
adalah sebagai hasil dari layanan yang baik.
5.
Aggresivelly
seek out customer complaints, cari dan teliti secara aktif apa sebenarnya yang
dikeluhkan oleh langganan.
6.
Get
responsive and stay that way, harus responsif dan pertahankan sikap tersebut.
7.
Know
your customer’s definitions of value, pahami danc ari nilai-nilai apa yang
diharapkan oleh konsumen.
8.
Win
back lost customers, dekati dan wawancara konsumen yang lari, kenapa mereka
berpindah, shingga mereka bias ditark kembali.
9.
Use
multiple channels to serve the same customer well, Konsumen biasanya memperoleh
pelayaan dari berbagai personil.
10. Give your front line the
skills to perform, karyawan berdiri digaris depan dan memayani konsumen harus
trampil dan professional.
11. Collaborate with your
channel patners, gunakan chanel yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga penjualan.
12. Store your data in one
centralized database. Kepuasan konsumen kunci utama biar konsumen loyal pada
produk kita.